"They paid me too much", kata si anak perempuan saat membuka amplop yang diterimanya selepas menyelesaikan pekerjaan melakukan dokumentasi seminar parenting malam itu. "Wah, itu artinya video-nya harus lebih profesional tuh, nduk, "kata Emak, "tapi kita kerjakan besok aja, sekarang tidur, sudah malam."
Sabtu paginya, si anak perempuan terlihat sudah memangku laptop merah. Emak ngintip, "lo, katanya mau mulai edit video, kok malah gugling?" Emak mulai bicara panjang lebar soal amanah, kepercayaan dan lain-lain. "Aku sedang nyari software editingnya," jawab si anak perempuan.
Sabtu siang menjelang sore, Emak baru pulang dari jenguk tetangga di Solo dan mendapati laptop merah masih di pangkuan. "Gimana progressnya?", tanya Emak yang tampak lega melihat si anak perempuan masih klik klik pada rekaman video seminar. Si Emak yang seumur hidup belum pernah edit video, sempat mengkritik cara pengambilan gambar yang diambil dari bawah. Aha, si Emak lupa, anak perempuannya juga baru pertama kali itu nge-shoot sebuah event.
Ahad pagi, si anak perempuan masih sibuk dengan laptop merahnya. Emak sibuk mondar mandir dari dapur ke kasur. Biasa, klo Ahad, rasanya kepala lengket terus dengan bantal. Sampai Ahad malam, laptop merah belum lepas dari pangkuan si anak perempuan. Sebelum tidur, emak menanyakan lagi progress kerjaannya. "I m still working on it, tapi karena besok UAS aku mau belajar ngerjakan soal dulu." Oke, Emak pun menyetujui si anak perempuan fokus UAS dulu pekan ini.
Sepekan berlalu, tak terasa kembali berjumpa dengan hari Sabtu, dan Emak mulai panik saat si anak perempuan malah asyik membaca. "Tinggal convert ke movie, " kata si anak perempuan. Emak kemudian ambil kursi dan duduk disampingnya. "Ini mestinya ada subtitle yang meng-highlight ceramah narsumnya, sini Emak bantuin dengerin." Maka sabtu siang itu Emak dan anak perempuannya bekerja sama menuliskan subtitle sepanjang video berdurasi lebih dari 60' itu. Saat petang menjelang, "Karena sudah selesai, aku boleh membaca ya?", tanya si anak perempuan. "Besok aku lanjutkan lagi untuk convert ke movie."
Ahad pagi lagi, si anak perempuan sudah mulai bekerja sesuai janjinya. Emak siap-siap ke acara walimah. Sampai di rumah Emak ngintip ke laptop merah, si anak perempuan menunggu convert sambil membaca kisah anak koas di webtoon. Butuh waktu berjam-jam rupanya. Ahad sore, proses convert selesai. Tapiiii, kenapa ada watermark-nya?
Si Bapak mulai turun tangan, bertanya ke si anak perempuan kenapa dipilih software gratisan, bukan software yang sudah ter-install di laptop merah. "Aku baca testimoni, klo software ini paling keren utk edit movie. Nanti belikan full versionnya ya, $53."
Si Bapak kemudian menyarankan si anak perempuan untuk mengulang proses editing dengan software yang sudah ada. Beliau berjanji membantu setelah file video-nya di-attach. "Oke, hari Senin aku mau kerjain, jadi aku ga sekolah dulu."
Senin sore, emak dan bapak pulang kerja mendapati si anak perempuan nonton si kuda poni di RTV. "Aku sudah selesai," lapornya. Emak ngecek file movie, "la kok masih ada watermark-nya? Mana yg di software WMM?" Ternyata si anak perempuan sibuk mempercantik videonya di software trial. "Software ini lebih bagus daripada WMM, tuh bisa bikin opening & closing yang keren."
Selasa pagi menyapa, dan Emak masih harus berusaha meminta anak perempuannya menghasilkan video tanpa watermark.
Pabelan, 19 Desember 2017
Catatan Emak yang sedang mempersiapkan anak perempuannya memilih suatu peran istimewa di masa depan