Friday, 27 May 2011

Boston, city of history



Alhamdulillah, setelah 5 jam perjalanan dari San Fransisco, sampailah saya di Logan Int'l airport, Boston. Dari airport tersedia free shuttle bus ke Airport station, satu nilai plus dibandingin Melbourne. Untuk naik public transport, saya beli dulu charlie ticket, semacam Metcard-nya Melbourne, seharga $2 untuk satu kali perjalanan. Hmph, stationnya suram, terkesan tua dan kumuh. Setiap line train dibedakan dari warnanya, ada orange, yellow, green, red dan blue line, yang terlihat jelas dari body trainnya. Train ini melintas di subway, bawah tanah. Kalo Metro train kelas eksekutif, train di Boston adalah kelas ekonominya. Begitu keluar station, melihat bentuk apartemen/rumah mengingatkan saya rumah The Huxtable family dengan tangga depannya.
Dengan uang saku yang cukup mepet, saya pilih hostel (bukan hotel) dengan sewa $100 semalam, termasuk breakfast. 
Seperti di Melbourne, penyeberang jalan harus menekan tombol untuk memberi isyarat pada kendaraan yang melintas. Namun, sebagian besar mereka langsung menyeberang sebelum signal aman menyeberang menyala. Hehe..jadi ikutan juga deh.
Yang istimewa dari Boston adalah keberadaan gedung-gedung kuno yang indah dan terawat. Juga bunga-bunga cantik sepanjang jalan dengan warna mulai dari merah, kuning, ungu, sampai biru.
Di Boston inilah universitas legendaris Harvard University dan MIT berada. Sayang, saya ga sempat berkunjung ke sana karena keterbatasan waktu.
Di hari terakhir conference, saya sempatkan berkeliling Boston dengan Duck Tour. Mereka menyelanggarakan paket wisata singkat (2 jam) sekedar melihat landmarknya Boston.
Soal makanan halal, Alhamdulillah ada satu restaurant kebab tidak jauh dari Hynes Convention Center. Untuk makan pagi, cukuplah tiap hari makan telur dan mashed potato.
Siang sebelum bertolak ke Melbourne, saya jalan ke Quincy Market untuk cari oleh-oleh. Pasar ini jauh lebih kecil dari VicMart, dengan gerobak-gerobak unik untuk display dagangan. Wah ga ada kerjaan menarik (dan mendorong) untuk mahasiswa Indo di sini deh. Kaos, yang mirip dengan yang biasa saya jual $5 di VicMart, di sini harganya $12. Ga bisa ditawar pula. Sukses lah saya menghabiskan semua dolar Amerika di dompet.
Ok, see you Boston, kalaupun aku balik lagi ke sini, Insya Allah bersama anak-anak dan si abi






Thursday, 12 May 2011

A surprise from Qonita


Banyak hal tentang Qoni yang mulai luput dari penglihatanku. Saat dia pinjem uang ke temannya untuk membelikan mothers day card. She just said it s from parent's stall at school. Ato saat dia menulis satu posting baru di blognya tanpa sepengetahuanku. Pada awalnya, aku yang mengetik tulisan tangannya untuk dipublish di blog. Selanjutnya dia mulai mengetik sendiri dengan masih bertanya ini bagaimana mi, itu untuk apa.
Hari ini aku mendapat kejutan baru lagi, Shofi bawa surat untuk Dong, gurunya di kinder. Pam, asisten Dong yang menunjukkan isi surat itu. "Dear Dong, this is Qoni, Shofi's sister. I learn all about China this term at school. Would you please teach me some chinese character?"
Subhanallah, anak ummi mulai belajar menjadi pembelajar. Tapi, kapan kamu nulis surat ini, nduk? Apa perhatian ummi mulai berkurang, terkalahkan aktivitas rutin kita? Apa kamu mulai kurang nyaman curhat sama ummi?
Tahun ini kamu memasuki fase tujuh tahun kedua, apakah ini saatnya transformasi terjadi?
Semoga, masih terus ada kesempatan untukku menjadi sahabat terbaik untukknya. Hanya kepada-Mu sebaik-baik penjaga, kumohon lindungan untuk anakku.
Suka banget crafting

Tuesday, 3 May 2011

Perjalanan ke Amerika

Setelah lebih 3 minggu menunggu, Alhamdulillah, Jumat 29 April 2011, paspor saya dikirim ke alamat rumah lengkap dengan sticker US Visa di dalamnya, berlaku setahun sejak 28 April 2011

Mengingat jadwal presentasi saya di SPE ANTEC tanggal 3 Mei 2011 pukul 10.00, berarti persiapan harus segera dilaksanakan secepatnya. Alhamdulillah, ticket pp bisa saya dapatkan di travel agent uni dengan special request muslim meal. Sempat browsing dan cari info sana sini soal lamanya pemeriksaan di Amerika membuat perjalanan ini menjadi begitu menegangkan. Seorang teman berkomentar soal singkatnya waktu transit di San Fransisco (2,5 jam). Beliau ini perlu 3 jam untuk proses secondary inspection di Los Angeles sampai harus missed the next flight. FYI, secondary inspection adalah pemeriksaan tambahan untuk pemegang paspor beberapa negara istimewa termasuk Indonesia. Ok, Bismillahi tawakaltu aja deh....

Berangkat dari Tullamarine Airport, Melbourne, pesawat Boeing 747 milik United Airlines yang saya tumpangi harus transit dulu di Sydney untuk menuju San Fransisco. Perjalanan panjang ini menempuh lautan luas selama lebih dari 15 jam. Yang menarik, air crew United Airlines ini rata-rata sudah cukup berumur, dalam bayangan saya seperti tipikal ibu asrama. Jauh deh kalo dibandingin air crew maskapai penerbangan dari Indo yang muda-muda, cantik atau ganteng. Special meal yang saya pesan ternyata memang special karena diberikan lebih dulu dibanding penumpang yang lain. Beberapa penumpang yang kelihatannya orang Yahudi (dengan ciri khas topi hitamnya) juga memesan special meal, walaupun saya tidak tahu persis apa isinya sama dengan muslim meal saya. Biasa, muslim meal identik dengan menu vegetarian, tapi lumayan enak kok.

Setelah melewati perubahan waktu (mundur 12 jam), Alhamdulillah akhirnya saya memasuki negerinya Obama.