Sudah hampir sebulanan ini kakak
kedip-kedip terus, very frequent blinking. Walaupun sudah berkali-kali
diingetin ga berhenti juga blink-nya. Disentuh, bahkan pernah dipukul. Aduh,
maaf ya kakak. Ummi pikir terapi kejut bisa menghentikan itu. Kata kakak,
kadang sadar saat blink dan berusaha berhenti.
Kemudian ummi mulai googling dan so
surprise dengan temuan di internet. Bahwa blink too much bisa jadi indikasi tic
disorder, suatu jenis mental health yang belum diketahui dg jelas penyebabnya.
Selain blink, penderita biasanya melakukan gerakan aneh lain yang tidak
terkontrol, spt menggerakan bahu, wajah atau kepala dan kadang mengeluarkan
suara aneh. Mau nangis rasanya membaca bahwa paksaan untuk berhenti dari
gerakan aneh itu malah akan menyebabkan stress pada penderita. Banyak penderita
yang dikucilkan dari lingkungan sosialnya karena dianggap berperilaku aneh.
Hingga akhirnya nemu kisah nyata Brad Cohen yang difilmkan dengan judul Front of the Class. Ummi ajak kakak nonton gimana Brad diketawain teman2 sekelasnya hingga akhirnya
menjadi guru elementary school yang disayangi murid2nya. Kami berdiskusi banyak
setelah itu, bukan untuk menakuti2i bahwa dia bisa jadi seperti Brad kalo ga
berhenti blink. Tapi untuk menunjukkan bahwa ada anak yang berbeda karena
takdir Allah. Pasti sedih jika diperlakukan buruk karena sesuatu yang di luar
kemauannnya.
Akhirnya, ummi ajak kakak ke dokter. Tidak
seperti di Indo, di Ausi mau ketemu dokter harus janjian dulu. He2, enaknya waktu di
wonogiri, tinggal telpon Mama dan langsung ketemu dokter tanpa antri.
Alhamdulillah 1 minggu kemudian bisa ketemu dokter Louisa. Cantik dan ramah.
Dia dengarkan baik-baik keluhan kakak. Ummi langsung bilang kekhawatiran soal
tics. Tapi Louisa bilang mau diobservasi dulu physically. Kakak dapat tetes
mata, supaya matanya ga kering. Setelah 2 minggu, kami lihat blink kakak blm
berkurang. Malah sekarang diikuti gerakan pipi
dan mulut. Louisa juga melihat mata kakak masih merah. Tanpa banyak
observasi sperti sebelumnya, kali ini Louisa langsung tulis surat rekomendasi
utk ketemu dokter spesialis mata anak. Dia bantu nyariin alamatnya di
googlemaps, nunjukin alternatif public transport dari brunswick dan hawthorn.
Appointment untuk dokter spesialis ini mengejutkan, 31 Mei. Itu artinya hampir
2 bulan kami baru bisa ketemu dokter. Apa jumlah dokter tuh sedikit po, kok
susah amat mau ketemu aja. Tapi baca surat pemberitahuan yg dikirim sehari
sesudahnya, dia alokasikan waktu 1.5 jam per pasien. Pantes, jumlah yang bisa
ditangani dalam sehari jadi sedikit. Tapi biaya konsultasinya juga fantastis,
$200, belum termasuk pemeriksaan tambahan.
Hari ini ummi antar kakak konsultasi ke dokter wendy di Malvern. Cukup
jauh juga dari Brunswick. Kami naik Glenwaverley line dari Flinders St Station
dan turun di Tooronga. Seperti di Swin Health Center, ruang tunggunya
dilengkapi kids corner dengan beberapa jenis mainan dan satu TV yang
menayangkan film anak. Tak lama menunggu seorang dokter memanggil dan mengajak
masuk ke ruang periksa. She introduced herself as opthamologist and will take
early examination before dr wendy's. Salah satu pemeriksaannya adalah tes baca
huruf, setiap Qoni bisa membaca dengan benar, selalu terucap great girl, good
job, excellent, dll. Begitu juga saat Qoni mengikuti instruksinya menggerakkan mata
atau menurut saat diteteskan eye drop.
Hampir setengah jam setelah pemeriksaan
awal selesai baru dokter Wendy memanggil. Wanita ini berusia kurang lebih 40
tahun dengan rambut dicat merah. Sambil menyiapkan alat2 periksanya, dia
mengajak Qoni ngobrol. Nanyain umur, sister, siapa guru favoritnya, klo istilah
Qoni fat question. It s mean not a boring one like what s your name, and also
not yes/no question. Kemudian dia baru menjelaskan hasil observasinya.
Physically, the eyes are excellent. The blink just habit and will be disappear
in months, but it is far from TIC symptoms. Just pretend it s not there.
Alhamdulillah, seneng ummi.