Tuesday, 4 October 2011

Belajar saat sakit

Sore itu, 3 Oktober 2011, sebuah panggilan masuk ke hape suamiku. Ekspresinya langsung berubah sesaat setelah dia mulai bicara. Ternyata carer anakku di Kinder mengabarkan Shofiya got an accident. Ada dislokasi, katanya. Panik, tentunya, apalagi ditambah suara tangisnya yang terdengar. Taksi menjadi pilihan kami saat itu, mengingat perjalanan naik tram 8 dari Flinders St station saat jam pulang kantor begini bakalan memakan waktu cukup lama. Di tengah perjalanan, carer kembali menelpon, meminta persetujuan memanggil ambulance. Ya Allah, seberapa parah anakku ini.......

Alhamdulillah, sepuluh menit kemudian kami tiba di Kinder. Shofiya sudah mulai tenang dengan tangannya bersandar pada sofa kecil di book corner. Carer-nya sudah memberikan pertolongan pertama dengan memberikan kompres air dingin dan menjaga agar tangannya tidak bergerak. I just want mommy, kata anakku. Shofiya juga tidak diijinkan minum atau makan apapun sejak dia jatuh. Anakku yang selalu aktif ini meminta temannya mendorong saat mereka berdiri di balance beam setinggi 50 cm. Qadarullah, dia jatuh dengan posisi tangan menahan tubuhnya. Kebetulan, seorang ibu yang akan menjemput anakknya di Kinder itu adalah seorang dokter. Dia menyatakan indikasi broken bone di lengan kanan. You are very brave, katanya pada Shofiya, sambil mengusapkan kompres.

Tak lama paramedic dari ambulance datang dan langsung membalut lengan shofiya dengan triangular bandage. You are very brave, kata mereka, sambil memberikan sebuah pipa hisap, mungkin berisi analgetik saat Shofiya meringis kesakitan. Tangisnya sudah mulai mereda.....

Pengalaman pertama kami naik ambulance di Melbourne berakhir di Royal Children Hospital. Shofiya langsung ditangani seorang dokter yang keheranan saat melihat saya menyempatkan sholat Asar di samping ranjang. Hasil rontgen-nya cukup parah, sehingga harus segera dioperasi secepatnya. Kata dokter, ada bagian syaraf yang injured karena tulang yang patah itu. Akibatnya, jari-jari tangannya tidak bisa merasakan rangsangan. Ya Allah, paringi kesembuhan untuk anakku....

3 Oktober 2011, 20.45 GMT+10...... anakku dibawa ke ruang operasi. Dokter anestesi menjelaskan resiko bius yang mungkin terjadi. Kemudian dia memintaku ikut masuk ke ruang operasi membantu supaya Shofiya cepat tertidur. Ummi bacakan kisah rasulullah dengan pengemis Yahudi buta saat itu, dan tak berapa lama, matanya terpejam. You did your job well, kata si Dokter.

Waktu rasanya berjalan sangat lambat saat menunggu operasi. Tangis tertumpah dalam doa kami saat Sholat magrib di ruang tunggu. Sms, telepon dan kunjungan sahabat memberi support yang tak terhingga.
22.30, akhirnya panggilan untuk Shofiya parents terdengar juga. Anak itu sedang terlelap di ranjang saat kami datang. Nurse mengusap rambutnya hingga akhirnya dia terbangun dan langsung tersenyum melihat kedatangan kami. Sebuah piagam for bravery at hospital diberikan untuk Shofiya.....

Lengan kanan gadis kecilku harus di-plaster untuk sementara waktu. Insha Allah will be better soon, ya sayang.....


RCH, Melbourne, 3rd floor
4 Okt 2011

No comments:

Post a Comment