Membaca status facebook tentang hujan, merutuki hujan yang turun di pagi hari. Bukankah hujan itu rahmat, yang menumbuhkan padang gersang menjadi hijau. Mengapa harus dikeluhkan?
Memang, bukan hal yang mudah mulai beraktivitas dengan menembus hujan. Saya harus mengeluarkan energi ekstra juga saat hujan tiba. Bukan untuk energi gerak untuk berlari, atau energi panas untuk menghalau dingin yang menerpa. Tapi energi kesabaran untuk membujuk agar si kakak mau pakai raincoatnya....
Ayolah, hadapi saja hujan itu dengan senyuman, plus payung, sepatu boot, jas hujan, dobel jaket... Allahumma shayyiban naafi'an..... Smoga hujan ini membawa manfaat. Termasuk hadiah istimewa untuk langkah kaki yang menapaki bumi yang basah dengan penuh syukur..
Brunswick, menjelang duedate JAPS paper
Wednesday, 7 December 2011
Saturday, 26 November 2011
Great person are around... So inspiring
Bertemu dengan orang-orang hebat
Menebar ilmu dan manfaat
Subhanallah....
Menebar ilmu dan manfaat
Subhanallah....
Tuesday, 1 November 2011
Creep in plastic packaging
Plastic packaging often have to withstand load over long period of time. Therefore, it is required to investigate creep behaviour of material, i.e the time dependent deformation.
Wednesday, 26 October 2011
Saat anak mulai membantah
Pagi hari
Ummi: Kakak, mandi dulu, sudah jam 7.30!
Kakak: Aku mandinya nanti sore aja mi, pulang sekolah
Sorenya
U: Kakak, ayo mandi, udah mau sholat maghrib
K: Besok aja ya mi, dingin......
Akhir-akhir ini, beberapa kali kakak tidak menuruti apa yang ummi minta. Jawaban yang sering muncul adalah, later atau after atau ntar.......
Kadang ummi jadi emosi, mengulang perintah itu dengan keras. Ujung-ujungnya si kakak malah menangis, ummi, why did you shout at me?
Astaghfirullah, maafkan ummi nak. Ya Allah, nyuwun kesabaran......
Ternyata, ada beberapa sumber yang mengatakan adanya perubahan perilaku anak saat memasuki usia 8 tahun. Mereka sedang berkembang memasuki tahap tujuh tahun kedua, saat anak mulai beranjak remaja. Saat usia ini, mereka sedang menunjukkan identitas diri, mulai merasa terkekang dengan aturan orang tua karena merasa aku sudah 'dewasa'.
Saat memasuki tahap ini, one way communication sudah tidak berlaku lagi. Mereka harus diperlakukan secara lebih dewasa dengan mengajak lebih banyak diskusi. Istilahnya, tarik ulur, ada saat mereka dimintai pendapat, namun ada saatnya orang tua memberi batas.
So, next action for tomorrow, tanyakan kapan dia mau mandi, pagi atau sore**, jam berapa. Kasih konsekuensi jika dia tidak segera mandi saat waktunya tiba. Misal: jam 8 malem baru mandi, pas maghrib, siapin sikat gigi sendiri, ketinggalan jamaah maghrib. Kalo ga mandi, besok pagi bangun jam 6 untuk mandi (hiks, selain masih gelap, dingin banget).
Ummi harus sabar, tidak boleh berkata keras atau marah. Kalau kakak ga mau, ummi diam aja. Kasih dia kepercayaan, Insha Allah pasti bisa
Catatan:
** Gaya mandi orang bule: sekali sehari, selain irit air, juga dingin banget....
Ummi: Kakak, mandi dulu, sudah jam 7.30!
Kakak: Aku mandinya nanti sore aja mi, pulang sekolah
Sorenya
U: Kakak, ayo mandi, udah mau sholat maghrib
K: Besok aja ya mi, dingin......
Akhir-akhir ini, beberapa kali kakak tidak menuruti apa yang ummi minta. Jawaban yang sering muncul adalah, later atau after atau ntar.......
Kadang ummi jadi emosi, mengulang perintah itu dengan keras. Ujung-ujungnya si kakak malah menangis, ummi, why did you shout at me?
Astaghfirullah, maafkan ummi nak. Ya Allah, nyuwun kesabaran......
Ternyata, ada beberapa sumber yang mengatakan adanya perubahan perilaku anak saat memasuki usia 8 tahun. Mereka sedang berkembang memasuki tahap tujuh tahun kedua, saat anak mulai beranjak remaja. Saat usia ini, mereka sedang menunjukkan identitas diri, mulai merasa terkekang dengan aturan orang tua karena merasa aku sudah 'dewasa'.
Saat memasuki tahap ini, one way communication sudah tidak berlaku lagi. Mereka harus diperlakukan secara lebih dewasa dengan mengajak lebih banyak diskusi. Istilahnya, tarik ulur, ada saat mereka dimintai pendapat, namun ada saatnya orang tua memberi batas.
So, next action for tomorrow, tanyakan kapan dia mau mandi, pagi atau sore**, jam berapa. Kasih konsekuensi jika dia tidak segera mandi saat waktunya tiba. Misal: jam 8 malem baru mandi, pas maghrib, siapin sikat gigi sendiri, ketinggalan jamaah maghrib. Kalo ga mandi, besok pagi bangun jam 6 untuk mandi (hiks, selain masih gelap, dingin banget).
Ummi harus sabar, tidak boleh berkata keras atau marah. Kalau kakak ga mau, ummi diam aja. Kasih dia kepercayaan, Insha Allah pasti bisa
Catatan:
** Gaya mandi orang bule: sekali sehari, selain irit air, juga dingin banget....
Saturday, 8 October 2011
Belajar saat sakit (part 2)
Alhamdulillah, Shofiya mulai menjalani hari-hari dengan plaster di lengannya. Dia mulai belajar menggunakan tangan kirinya untuk beraktivitas, termasuk makan.
Saat makan bersama sore tadi,
Shofiya (S) : Mum, I dont like to have broken arm.
Mum (M) : Ya sayang, kadang Allah memberikan apa yang tidak kita sukai, padahal itu yang paling baik untuk kita
S : Why Allah give me this?
M : (tercekat), because Allah loves us, darling
Aku terdiam cukup lama, memikirkan jawaban yang mungkin sangat absurd untuk otak 5 tahunnya, bagaimana menerjemahkan konsep cinta dalam kesakitan. Aku sendiri belum menemukan jawaban yang tepat untuk aku mengerti sendiri.
Nasihat seorang sahabat mengingatkanku untuk menjadikan sakit ini sebagai tempaan kesabaran, seperti kisah dakwah awal Rasulullah yang penuh luka dan cacian.
Sadarkah kau nak, bahwa dengan sakitmu ini, kita sekeluarga menjadi lebih saling menyayangi. Lebih mudah bagimu menerima untuk selalu berdoa, mengakui Allah sebagai sebaik-baik penjaga. Lihatlah, nak, betapa indah silaturahim dengan saudara-saudara di kampung yang begitu jauh dari tanah air. Beruntungnya dirimu yang disayangi banyak orang. Ingatkah engkau nak, saat menyaksikan teman-temanmu yang sakit di hospital, dengan kondisimu yang jauh lebih baik. Betapa bersyukurnya atas semua nikmat yang sudah kita terima menyaksikan anak-anak yang seumur hidupnya harus bergerak di atas kursi rodanya. Kalian bisa kapan saja naik ayunan, tapi mereka mungkin harus ke park di RCH ini untuk merasakan nikmatnya berayun di atas wheel chair.
Subhanallah, terima kasih Allah untuk pelajaran saat sakit ini...... Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba yang pandai bersyukur.....
Brunswick, mid of spring 2011
Saat makan bersama sore tadi,
Shofiya (S) : Mum, I dont like to have broken arm.
Mum (M) : Ya sayang, kadang Allah memberikan apa yang tidak kita sukai, padahal itu yang paling baik untuk kita
S : Why Allah give me this?
M : (tercekat), because Allah loves us, darling
Aku terdiam cukup lama, memikirkan jawaban yang mungkin sangat absurd untuk otak 5 tahunnya, bagaimana menerjemahkan konsep cinta dalam kesakitan. Aku sendiri belum menemukan jawaban yang tepat untuk aku mengerti sendiri.
Nasihat seorang sahabat mengingatkanku untuk menjadikan sakit ini sebagai tempaan kesabaran, seperti kisah dakwah awal Rasulullah yang penuh luka dan cacian.
Sadarkah kau nak, bahwa dengan sakitmu ini, kita sekeluarga menjadi lebih saling menyayangi. Lebih mudah bagimu menerima untuk selalu berdoa, mengakui Allah sebagai sebaik-baik penjaga. Lihatlah, nak, betapa indah silaturahim dengan saudara-saudara di kampung yang begitu jauh dari tanah air. Beruntungnya dirimu yang disayangi banyak orang. Ingatkah engkau nak, saat menyaksikan teman-temanmu yang sakit di hospital, dengan kondisimu yang jauh lebih baik. Betapa bersyukurnya atas semua nikmat yang sudah kita terima menyaksikan anak-anak yang seumur hidupnya harus bergerak di atas kursi rodanya. Kalian bisa kapan saja naik ayunan, tapi mereka mungkin harus ke park di RCH ini untuk merasakan nikmatnya berayun di atas wheel chair.
Allah pasti kasih adik hadiah yang menyenangkan
karena adik berani dan sabar. Di akhirat, tangan adik yang broken ini akan
bersaksi, Ya Allah, tangan ini pernah terluka tapi pemiliknya selalu
beristighfar saat terasa sakit. Adik, Insha Allah tangan ini yang mengantarkan
adik ke surga. Shofiya sudah mulai senyum-senyum trus nanya, di surga ada
banyak mainan ya? Ada jumping castle? Ada ayunan?
Subhanallah, terima kasih Allah untuk pelajaran saat sakit ini...... Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba yang pandai bersyukur.....
Brunswick, mid of spring 2011
Wednesday, 5 October 2011
You are very brave
Kalimat itu hampir selalu dikatakan siapapun yang sedang merawat Shofiya, dari Senin sampai Rabu kemarin. Mulai dari seorang dokter yang kebetulan anaknya adalah teman Shofiya di sekolah, petugas dari ambulance, nurse di triage-emergency area, di X-Ray, dokter di operation room, di recovery room dan di ward. Dan itu disampaikan berulang-ulang. Bahkan, nurse di recovery room memberikan award for bravery in hospital. Sebenarnya sederhana saja, print di A4, hitam putih, dihiasi stiker dora.
Senin kemarin, gadis kecil saya jatuh di sekolahnya. Lengannya patah. Alhamdulillah, malamnya langsung dioperasi dan Rabu kemarin sudah kembali berkumpul di rumah. Tadi malam dia bilang, my parents really proud of me, because I am so brave.
Di tengah rasa sakit yang saat ini dirasakannya, Alhamdulillah dia menyimpan kenangan bahwa dia seorang pemberani. Kembang kempis hidungnya saat dia mendengar, “adik hebat, persis kayak aunty Shofiya yang pemberani”.
Tuesday, 4 October 2011
Belajar saat sakit
Sore itu, 3 Oktober 2011, sebuah panggilan masuk ke hape suamiku. Ekspresinya langsung berubah sesaat setelah dia mulai bicara. Ternyata carer anakku di Kinder mengabarkan Shofiya got an accident. Ada dislokasi, katanya. Panik, tentunya, apalagi ditambah suara tangisnya yang terdengar. Taksi menjadi pilihan kami saat itu, mengingat perjalanan naik tram 8 dari Flinders St station saat jam pulang kantor begini bakalan memakan waktu cukup lama. Di tengah perjalanan, carer kembali menelpon, meminta persetujuan memanggil ambulance. Ya Allah, seberapa parah anakku ini.......
Alhamdulillah, sepuluh menit kemudian kami tiba di Kinder. Shofiya sudah mulai tenang dengan tangannya bersandar pada sofa kecil di book corner. Carer-nya sudah memberikan pertolongan pertama dengan memberikan kompres air dingin dan menjaga agar tangannya tidak bergerak. I just want mommy, kata anakku. Shofiya juga tidak diijinkan minum atau makan apapun sejak dia jatuh. Anakku yang selalu aktif ini meminta temannya mendorong saat mereka berdiri di balance beam setinggi 50 cm. Qadarullah, dia jatuh dengan posisi tangan menahan tubuhnya. Kebetulan, seorang ibu yang akan menjemput anakknya di Kinder itu adalah seorang dokter. Dia menyatakan indikasi broken bone di lengan kanan. You are very brave, katanya pada Shofiya, sambil mengusapkan kompres.
Tak lama paramedic dari ambulance datang dan langsung membalut lengan shofiya dengan triangular bandage. You are very brave, kata mereka, sambil memberikan sebuah pipa hisap, mungkin berisi analgetik saat Shofiya meringis kesakitan. Tangisnya sudah mulai mereda.....
Pengalaman pertama kami naik ambulance di Melbourne berakhir di Royal Children Hospital. Shofiya langsung ditangani seorang dokter yang keheranan saat melihat saya menyempatkan sholat Asar di samping ranjang. Hasil rontgen-nya cukup parah, sehingga harus segera dioperasi secepatnya. Kata dokter, ada bagian syaraf yang injured karena tulang yang patah itu. Akibatnya, jari-jari tangannya tidak bisa merasakan rangsangan. Ya Allah, paringi kesembuhan untuk anakku....
3 Oktober 2011, 20.45 GMT+10...... anakku dibawa ke ruang operasi. Dokter anestesi menjelaskan resiko bius yang mungkin terjadi. Kemudian dia memintaku ikut masuk ke ruang operasi membantu supaya Shofiya cepat tertidur. Ummi bacakan kisah rasulullah dengan pengemis Yahudi buta saat itu, dan tak berapa lama, matanya terpejam. You did your job well, kata si Dokter.
Waktu rasanya berjalan sangat lambat saat menunggu operasi. Tangis tertumpah dalam doa kami saat Sholat magrib di ruang tunggu. Sms, telepon dan kunjungan sahabat memberi support yang tak terhingga.
22.30, akhirnya panggilan untuk Shofiya parents terdengar juga. Anak itu sedang terlelap di ranjang saat kami datang. Nurse mengusap rambutnya hingga akhirnya dia terbangun dan langsung tersenyum melihat kedatangan kami. Sebuah piagam for bravery at hospital diberikan untuk Shofiya.....
Lengan kanan gadis kecilku harus di-plaster untuk sementara waktu. Insha Allah will be better soon, ya sayang.....
RCH, Melbourne, 3rd floor
4 Okt 2011
Alhamdulillah, sepuluh menit kemudian kami tiba di Kinder. Shofiya sudah mulai tenang dengan tangannya bersandar pada sofa kecil di book corner. Carer-nya sudah memberikan pertolongan pertama dengan memberikan kompres air dingin dan menjaga agar tangannya tidak bergerak. I just want mommy, kata anakku. Shofiya juga tidak diijinkan minum atau makan apapun sejak dia jatuh. Anakku yang selalu aktif ini meminta temannya mendorong saat mereka berdiri di balance beam setinggi 50 cm. Qadarullah, dia jatuh dengan posisi tangan menahan tubuhnya. Kebetulan, seorang ibu yang akan menjemput anakknya di Kinder itu adalah seorang dokter. Dia menyatakan indikasi broken bone di lengan kanan. You are very brave, katanya pada Shofiya, sambil mengusapkan kompres.
Tak lama paramedic dari ambulance datang dan langsung membalut lengan shofiya dengan triangular bandage. You are very brave, kata mereka, sambil memberikan sebuah pipa hisap, mungkin berisi analgetik saat Shofiya meringis kesakitan. Tangisnya sudah mulai mereda.....
Pengalaman pertama kami naik ambulance di Melbourne berakhir di Royal Children Hospital. Shofiya langsung ditangani seorang dokter yang keheranan saat melihat saya menyempatkan sholat Asar di samping ranjang. Hasil rontgen-nya cukup parah, sehingga harus segera dioperasi secepatnya. Kata dokter, ada bagian syaraf yang injured karena tulang yang patah itu. Akibatnya, jari-jari tangannya tidak bisa merasakan rangsangan. Ya Allah, paringi kesembuhan untuk anakku....
3 Oktober 2011, 20.45 GMT+10...... anakku dibawa ke ruang operasi. Dokter anestesi menjelaskan resiko bius yang mungkin terjadi. Kemudian dia memintaku ikut masuk ke ruang operasi membantu supaya Shofiya cepat tertidur. Ummi bacakan kisah rasulullah dengan pengemis Yahudi buta saat itu, dan tak berapa lama, matanya terpejam. You did your job well, kata si Dokter.
Waktu rasanya berjalan sangat lambat saat menunggu operasi. Tangis tertumpah dalam doa kami saat Sholat magrib di ruang tunggu. Sms, telepon dan kunjungan sahabat memberi support yang tak terhingga.
22.30, akhirnya panggilan untuk Shofiya parents terdengar juga. Anak itu sedang terlelap di ranjang saat kami datang. Nurse mengusap rambutnya hingga akhirnya dia terbangun dan langsung tersenyum melihat kedatangan kami. Sebuah piagam for bravery at hospital diberikan untuk Shofiya.....
Lengan kanan gadis kecilku harus di-plaster untuk sementara waktu. Insha Allah will be better soon, ya sayang.....
RCH, Melbourne, 3rd floor
4 Okt 2011
Tuesday, 14 June 2011
Book Review: The other side of Israel
Buku yang saya pinjam dari Coburg Library
ini ditulis seorang wanita Yahudi, Susan Nathan, menceritakan pengalamannya tinggal di Tamra,
Israel. Susan, 50 tahun, meninggalkan rumah, keluarga dan pekerjaannya sebagai
konselor AIDS di London untuk menjadi warga negara Israel. Sebagai seorang
Yahudi, Susan mendapatkan kemudahan untuk menjadi WN Israel, tanpa biaya visa,
tanpa tes, penerbangan kelas satu dan training gratis sesampainya di Tel Aviv.
Gambar diambil dari sini |
Dia menerima tawaran kerja di Tamra, satu
wilayah yang dikenal sebagai pemukiman Arab. Orang Israel menyebut penduduk
asli Palestina sebagai Arab Israel untuk mengikis ikatan hubungan warga negara
Israel keturunan Palestina dengan asal usulnya. Hampir semua teman Yahudi Susan
menyesalkan keputusannya pindah ke Tamra dan menyatakan kekhawatiran mereka
akan keselamatan Susan sebagai satu-satunya Yahudi di perkampungan Arab.
Hampir tidak ada petunjuk jalan menuju
Tamra, kota yang terlihat kumuh jika dibandingkan kota-kota lain di Israel.
Interaksinya yang cukup dekat dengan keluarga barunya di Tamra membuka
kesadaran Susan tentang fakta diskriminasi di Israel mirip dengan yang pernah
dilihatnya di Afrika Selatan, tempat lahirnya dan cerita ayahnya tentang
penindasan Yahudi oleh Nazi.
Di buku ini Susan menjelaskan berdirinya
negara Israel di tahun 1948 di atas tanah Palestina. Tentara Israel mengusir
penduduk Palestina dari rumah-rumah mereka dan mengakuisi kepemilikan atas
tanah, kebun bahkan tabungan di bank. Kemudian didatangkanlah orang-orang
Yahudi dari seluruh penjuru dunia untuk menempati rumah-rumah itu.
Thursday, 2 June 2011
Visiting an opthamologist
Sudah hampir sebulanan ini kakak
kedip-kedip terus, very frequent blinking. Walaupun sudah berkali-kali
diingetin ga berhenti juga blink-nya. Disentuh, bahkan pernah dipukul. Aduh,
maaf ya kakak. Ummi pikir terapi kejut bisa menghentikan itu. Kata kakak,
kadang sadar saat blink dan berusaha berhenti.
Kemudian ummi mulai googling dan so
surprise dengan temuan di internet. Bahwa blink too much bisa jadi indikasi tic
disorder, suatu jenis mental health yang belum diketahui dg jelas penyebabnya.
Selain blink, penderita biasanya melakukan gerakan aneh lain yang tidak
terkontrol, spt menggerakan bahu, wajah atau kepala dan kadang mengeluarkan
suara aneh. Mau nangis rasanya membaca bahwa paksaan untuk berhenti dari
gerakan aneh itu malah akan menyebabkan stress pada penderita. Banyak penderita
yang dikucilkan dari lingkungan sosialnya karena dianggap berperilaku aneh.
Hingga akhirnya nemu kisah nyata Brad Cohen yang difilmkan dengan judul Front of the Class. Ummi ajak kakak nonton gimana Brad diketawain teman2 sekelasnya hingga akhirnya
menjadi guru elementary school yang disayangi murid2nya. Kami berdiskusi banyak
setelah itu, bukan untuk menakuti2i bahwa dia bisa jadi seperti Brad kalo ga
berhenti blink. Tapi untuk menunjukkan bahwa ada anak yang berbeda karena
takdir Allah. Pasti sedih jika diperlakukan buruk karena sesuatu yang di luar
kemauannnya.
Akhirnya, ummi ajak kakak ke dokter. Tidak
seperti di Indo, di Ausi mau ketemu dokter harus janjian dulu. He2, enaknya waktu di
wonogiri, tinggal telpon Mama dan langsung ketemu dokter tanpa antri.
Alhamdulillah 1 minggu kemudian bisa ketemu dokter Louisa. Cantik dan ramah.
Dia dengarkan baik-baik keluhan kakak. Ummi langsung bilang kekhawatiran soal
tics. Tapi Louisa bilang mau diobservasi dulu physically. Kakak dapat tetes
mata, supaya matanya ga kering. Setelah 2 minggu, kami lihat blink kakak blm
berkurang. Malah sekarang diikuti gerakan pipi
dan mulut. Louisa juga melihat mata kakak masih merah. Tanpa banyak
observasi sperti sebelumnya, kali ini Louisa langsung tulis surat rekomendasi
utk ketemu dokter spesialis mata anak. Dia bantu nyariin alamatnya di
googlemaps, nunjukin alternatif public transport dari brunswick dan hawthorn.
Appointment untuk dokter spesialis ini mengejutkan, 31 Mei. Itu artinya hampir
2 bulan kami baru bisa ketemu dokter. Apa jumlah dokter tuh sedikit po, kok
susah amat mau ketemu aja. Tapi baca surat pemberitahuan yg dikirim sehari
sesudahnya, dia alokasikan waktu 1.5 jam per pasien. Pantes, jumlah yang bisa
ditangani dalam sehari jadi sedikit. Tapi biaya konsultasinya juga fantastis,
$200, belum termasuk pemeriksaan tambahan.
Hari ini ummi antar kakak konsultasi ke dokter wendy di Malvern. Cukup
jauh juga dari Brunswick. Kami naik Glenwaverley line dari Flinders St Station
dan turun di Tooronga. Seperti di Swin Health Center, ruang tunggunya
dilengkapi kids corner dengan beberapa jenis mainan dan satu TV yang
menayangkan film anak. Tak lama menunggu seorang dokter memanggil dan mengajak
masuk ke ruang periksa. She introduced herself as opthamologist and will take
early examination before dr wendy's. Salah satu pemeriksaannya adalah tes baca
huruf, setiap Qoni bisa membaca dengan benar, selalu terucap great girl, good
job, excellent, dll. Begitu juga saat Qoni mengikuti instruksinya menggerakkan mata
atau menurut saat diteteskan eye drop.
Hampir setengah jam setelah pemeriksaan
awal selesai baru dokter Wendy memanggil. Wanita ini berusia kurang lebih 40
tahun dengan rambut dicat merah. Sambil menyiapkan alat2 periksanya, dia
mengajak Qoni ngobrol. Nanyain umur, sister, siapa guru favoritnya, klo istilah
Qoni fat question. It s mean not a boring one like what s your name, and also
not yes/no question. Kemudian dia baru menjelaskan hasil observasinya.
Physically, the eyes are excellent. The blink just habit and will be disappear
in months, but it is far from TIC symptoms. Just pretend it s not there.
Alhamdulillah, seneng ummi.
Friday, 27 May 2011
Boston, city of history
Alhamdulillah, setelah 5 jam perjalanan
dari San Fransisco, sampailah saya di Logan Int'l airport, Boston. Dari airport
tersedia free shuttle bus ke Airport station, satu nilai plus dibandingin
Melbourne. Untuk naik public transport, saya beli dulu charlie ticket, semacam
Metcard-nya Melbourne, seharga $2 untuk satu kali perjalanan. Hmph, stationnya
suram, terkesan tua dan kumuh. Setiap line train dibedakan dari warnanya, ada
orange, yellow, green, red dan blue line, yang terlihat jelas dari body
trainnya. Train ini melintas di subway, bawah tanah. Kalo Metro train kelas
eksekutif, train di Boston adalah kelas ekonominya. Begitu keluar station,
melihat bentuk apartemen/rumah mengingatkan saya rumah The Huxtable family
dengan tangga depannya.
Dengan uang saku yang cukup mepet, saya
pilih hostel (bukan hotel) dengan sewa $100 semalam, termasuk breakfast.
Seperti di Melbourne, penyeberang jalan
harus menekan tombol untuk memberi isyarat pada kendaraan yang melintas. Namun,
sebagian besar mereka langsung menyeberang sebelum signal aman menyeberang
menyala. Hehe..jadi ikutan juga deh.
Yang istimewa dari Boston adalah keberadaan
gedung-gedung kuno yang indah dan terawat. Juga bunga-bunga cantik sepanjang
jalan dengan warna mulai dari merah, kuning, ungu, sampai biru.
Di Boston inilah universitas legendaris
Harvard University dan MIT berada. Sayang, saya ga sempat berkunjung ke sana
karena keterbatasan waktu.
Di hari terakhir conference, saya sempatkan
berkeliling Boston dengan Duck Tour. Mereka menyelanggarakan paket wisata
singkat (2 jam) sekedar melihat landmarknya Boston.
Soal makanan halal, Alhamdulillah ada satu
restaurant kebab tidak jauh dari Hynes Convention Center. Untuk makan pagi,
cukuplah tiap hari makan telur dan mashed potato.
Siang sebelum bertolak ke Melbourne, saya
jalan ke Quincy Market untuk cari oleh-oleh. Pasar ini jauh lebih kecil dari
VicMart, dengan gerobak-gerobak unik untuk display dagangan. Wah ga ada kerjaan
menarik (dan mendorong) untuk mahasiswa Indo di sini deh. Kaos, yang mirip
dengan yang biasa saya jual $5 di VicMart, di sini harganya $12. Ga bisa
ditawar pula. Sukses lah saya menghabiskan semua dolar Amerika di dompet.
Thursday, 12 May 2011
A surprise from Qonita
Banyak hal tentang Qoni yang mulai luput
dari penglihatanku. Saat dia pinjem uang ke temannya untuk membelikan mothers
day card. She just said it s from parent's stall at school. Ato saat dia
menulis satu posting baru di blognya tanpa sepengetahuanku. Pada awalnya, aku
yang mengetik tulisan tangannya untuk dipublish di blog. Selanjutnya dia mulai
mengetik sendiri dengan masih bertanya ini bagaimana mi, itu untuk apa.
Hari ini aku mendapat kejutan baru lagi,
Shofi bawa surat untuk Dong, gurunya di kinder. Pam, asisten Dong yang
menunjukkan isi surat itu. "Dear Dong, this is Qoni, Shofi's sister. I
learn all about China this term at school. Would you please teach me some
chinese character?"
Subhanallah, anak ummi mulai belajar
menjadi pembelajar. Tapi, kapan kamu nulis surat ini, nduk? Apa perhatian ummi
mulai berkurang, terkalahkan aktivitas rutin kita? Apa kamu mulai kurang nyaman
curhat sama ummi?
Tahun ini kamu memasuki fase tujuh tahun
kedua, apakah ini saatnya transformasi terjadi?
Semoga, masih terus ada kesempatan untukku
menjadi sahabat terbaik untukknya. Hanya kepada-Mu sebaik-baik penjaga, kumohon
lindungan untuk anakku.
Suka banget crafting |
Tuesday, 3 May 2011
Perjalanan ke Amerika
Setelah lebih 3 minggu menunggu, Alhamdulillah, Jumat 29 April 2011, paspor saya dikirim ke alamat rumah lengkap dengan sticker US Visa di dalamnya, berlaku setahun sejak 28 April 2011
Mengingat jadwal presentasi saya di SPE ANTEC tanggal 3 Mei 2011 pukul 10.00, berarti persiapan harus segera dilaksanakan secepatnya. Alhamdulillah, ticket pp bisa saya dapatkan di travel agent uni dengan special request muslim meal. Sempat browsing dan cari info sana sini soal lamanya pemeriksaan di Amerika membuat perjalanan ini menjadi begitu menegangkan. Seorang teman berkomentar soal singkatnya waktu transit di San Fransisco (2,5 jam). Beliau ini perlu 3 jam untuk proses secondary inspection di Los Angeles sampai harus missed the next flight. FYI, secondary inspection adalah pemeriksaan tambahan untuk pemegang paspor beberapa negara istimewa termasuk Indonesia. Ok, Bismillahi tawakaltu aja deh....
Berangkat dari Tullamarine Airport, Melbourne, pesawat Boeing 747 milik United Airlines yang saya tumpangi harus transit dulu di Sydney untuk menuju San Fransisco. Perjalanan panjang ini menempuh lautan luas selama lebih dari 15 jam. Yang menarik, air crew United Airlines ini rata-rata sudah cukup berumur, dalam bayangan saya seperti tipikal ibu asrama. Jauh deh kalo dibandingin air crew maskapai penerbangan dari Indo yang muda-muda, cantik atau ganteng. Special meal yang saya pesan ternyata memang special karena diberikan lebih dulu dibanding penumpang yang lain. Beberapa penumpang yang kelihatannya orang Yahudi (dengan ciri khas topi hitamnya) juga memesan special meal, walaupun saya tidak tahu persis apa isinya sama dengan muslim meal saya. Biasa, muslim meal identik dengan menu vegetarian, tapi lumayan enak kok.
Setelah melewati perubahan waktu (mundur 12 jam), Alhamdulillah akhirnya saya memasuki negerinya Obama.
Wednesday, 6 April 2011
Aplikasi Visa ke Amerika Serikat (USA)
Alhamdulillah, paper yang disubmit ke SPE (Society of Plastic Engineers) ANTEC diterima. Supervisor saya, meminta supaya paper itu dipresentasikan di conference. Hah, Boston, Amerika, jauh amat. Kata mereka, kalau tahun ini ga hadir di conference, ada kemungkinan tahun depan paper a/n Swinburne bisa direject. Mereka rutin hampir tiap tahun kirim paper, karena ini adalah conference terbesar tentang plastik di Amerika.
Alhamdulillah dapat conference grant dari faculty untuk transport dan akomodasi.
Untuk bisa masuk ke Amerika, pemegang paspor Indonesia harus mendapatkan visa karena tidak termasuk negara dalam kategori visa waiver program. Nah untuk keperluan conference ini, saya apply non-migrant visa B1/B2, temporary visitor for pleasure/business. Untuk transit di US, perlu juga apply visa. Beberapa kategori visa bisa dicek di http://canberra.usembassy.gov/niv_visa_categories.html.
Pertama, ngisi application form D160 di https://ceac.state.gov/genniv/, jangan lupa siapkan foto yang sesuai format (standard passport photo), kemudian print confirmation page-nya.
Selanjutnya, buat interview appointment online ke nearest US embassy, yg untuk kasus saya di US Consulat General Melbourne. Untuk bikin appointment, harus registrasi dulu dengan biaya $14. Saat bikin appointment itu saya masih nunggu approval FEIS Research ttg pengajuan conference attendance award. So, stlh registrasi ga langsung bikin appointment. Baru setelah grant-nya approved, saya lanjutin lagi proses visa appointment. Saat login, user id dan password saya ditolak terus, udah minta reset, tetep aja login gagal. Yo wis lah, saya bikin username baru, artinya bayar lagi $14. Langsung bikin appointment, dapet 2 minggu dari hari itu.
Berikutnya, bayar application fee sebesar AUD$140 untuk visa B1/2. Di Australia, mereka hanya menerima pembayaran melalui post office. Untuk konjen yang lain, mungkin bisa berbeda, silakan cek di website US embassy di tiap negara.
Untuk interview, dokumen wajib yang harus disiapkan adalah: lembar konfirmasi DS-160, bukti pembayaran application fee, paspor yang masih berlaku (berlaku minimal 6 bulan sebelum waktu keberangkatan), lembar konfirmasi appointment online, self address envelope (kilat khusus). Untuk mempercepat proses, bawa selengkap-lengkapnya semua dokumen pendukung, misalnya: proof of employment (surat dari employer yang menyatakan status dan jabatan pekerjaan), purpose of travel (kalo mau conference, bawa brosur/undangan dari panitia, jadwal presentasi yang menunjukkan nama, paper/poster yang mau dipresentasikan, waktu, dll, surat dari supervisor/research office yang menjelaskan status dan mungkin juga dukungan finansial. Untuk menunjukkan kemampuan finansial, siapkan juga warranty letter dari uni, statement balance/buku tabungan, ato surat keterangan beasiswa. Dokumen tambahan yang perlu disiapkan: travel itinery (jangan bayar dulu untuk ini), CV (must be current, with start and end dates of employment/education and detailed/description of current research and list of publications). Semua dokumen ini untuk meyakinkan officernya tentang maksud perjalanan ke USA dan membuktikan akan kembali lagi ke negara asal. Dokumen-dokumen ini yang biasanya perlu dikirimkan saat aplikasi visa kita diputuskan pending
Waktu interview saya adalah 6 April 2011, pukul 9.15. Sampai di konjen Amerika di 553 St Kilda Rd Melbourne pukul 8.45. Sempat bingung, kok pintunya ga bisa dibuka. Tak lama datang security minta untuk menunggu di luar sampai dipanggil.
Begitu panggilan datang, semua applicant masuk dan mengambil nomor antrian, kemudian menyerahkan lembar konfirmasi form D160. Masuk konjen Amerika, kayak mau boarding aja. Semua bawaan di-X Ray, trus ditahan di loker, kecuali dompet dan dokumen yang diperlukan. Nunggu sebentar sampai ada sekitar 4 applicant, kemudian seorang security membawa kami upstair. Di depan lift, ada lagi pemeriksaan security (lagi) untuk kemudian duduk manis menunggu nomer antrian dipanggil. Ditemani national geographic mag dan tayangan welcome to america, saya menunggu sampai akhirnya dipanggil. Ditanya, mau ngapain, mana buktinya. Trus disuruh finger print.
Begitu panggilan datang, semua applicant masuk dan mengambil nomor antrian, kemudian menyerahkan lembar konfirmasi form D160. Masuk konjen Amerika, kayak mau boarding aja. Semua bawaan di-X Ray, trus ditahan di loker, kecuali dompet dan dokumen yang diperlukan. Nunggu sebentar sampai ada sekitar 4 applicant, kemudian seorang security membawa kami upstair. Di depan lift, ada lagi pemeriksaan security (lagi) untuk kemudian duduk manis menunggu nomer antrian dipanggil. Ditemani national geographic mag dan tayangan welcome to america, saya menunggu sampai akhirnya dipanggil. Ditanya, mau ngapain, mana buktinya. Trus disuruh finger print.
Nunggu lagi, lo kok nomerku dilewati, kayaknya yang sebelum-sebelumnya urut terus. Belum sempat komplain, panggilan sudah datang. Interviewnya ga seperti saat nglamar kerja, tapi kayak beli tiket kereta, dibatesi kaca. Pertanyaannya: what subject do you study, udah brapa lama sekolah, kapan selesainya, siapa yg mbayarin sekolahmu. Ok, tunggu sebentar, ntar saya panggil lagi, kata officer yang senyumnya sembunyi ini.
Dipanggil lagi, trus ditanya kapan mau conference-nya. Kata si officer: mestinya kamu apply 3 bulan in advance dari jadwal keberangkatanmu, ni processing time-nya bisa 3 weeks or longer. Kirim resume kamu ya, kami butuh historical recordmu. Saya bilang kalo sekarang bawa surat dari employer saya. Jawabnya: Ok, we ll keep it, tapi tetep dikirim ya CV-nya, kami mau melihat riwayat hidupmu. Jadi artinya, keputusan visa saya dipending.
Seperti yang saya baca di web-nya US govt, permohonan visa bisa menghasilkan 3 keputusan: diterima, ditolak atau dipending karena sesuatu hal seperti pada kasus saya. Kalau saya perhatikan lagi, applicant yang ditolak biasanya langsung pergi setelah wawancara, dan seingat saya ada beberapa yang kayak gitu. Yang diterima, setelah interview, mereka disuruh nunggu untuk kemudian dipanggil lagi di loket kasir untuk bayar visa issuance fee (honesty, sempat ge-er waktu disuruh nunggu).
FYI, ada temen saya sekantor, namanya Saifullah, dari Bangladesh, visanya ditolak saat interview, trus ada lagi teman lain yang sampai 3 bulan belum ada kabar. Tapi ada juga yang diterima, namanya Khalid Imran, ini dari Bangladesh juga.
Oke.... sabar menunggu, kalo memang udah rejekinya, Insya Allah dimudahkan
Melbourne, 6 April 2011
Wednesday, 16 March 2011
Catatan riset
Ummi lagi ngerjain analytical solution
untuk menentukan konsentrasi diffusant yang masuk pada beberapa bentuk
material. Alhamdulillah ummi sdh selesein yang bentuknya paling sederhana,
rectangular plate. Referensinya dari bukunya Naotake Noda, Thermal Stresses,
dengan menganalogikan temperatur sebagai liquid concentration. Masya Allah,
ummi harus menyeleseikan bermacam persamaan integral.
Hasil analisa numeris
dengan ANSYS (FEA) juga sudah mulai mendekati hasil solusi analitik. Tapi ummi
harus belajar lagi basic FEA nih biar lebih mudeng lagi.
Gambar buku diambil dari sini |
Sekarang mulai masuk ke media yang
berbentuk silinder atau pipe (ini sih favoritnya Igor). Waduh, emang lebih
sulit. Persamaannya pake Bessel function. Siap2 untuk belajar dikit2 nih. Insya
allah bulan ini bisa selesai, jadi bisa mulai lagi main-main di DMA untuk
analisis creep behavior.
Subscribe to:
Posts (Atom)